Jumat, 28 November 2014

tugas Bahasa Indonesia

ini adalah cerpen karya Media Alvi Nurhuda kelas XI mia 2 SMAN 2 mataram


Tidak Disangka
            Kenalin namaku Keira Asgar kalian bisa memanggilku Kei,Ira atau Keira tapi jangan Asgar karena itu nama keluarga aku kan tidak lucu kalau cewek secantik aku dipanggil Gar nanti diikira agar-agar lagi.
“Kei..Kei bangun kamu ngak sekolah”. kata kakakku sambil menggoncang tubuhku degan garang
“Aaah kak ini masih pagi tau Keira masih ngantuk ni”. jawabku
“Pagi dari hongkong ini pukul tujuh kurang 15 tau. Cepetan mandi sana nanti kakak ikut terlambat lagi gara gara kamu”.
Dengan terpaksa aku bangun dari tempat tidurku yang memiliki gaya gravitasi lebih besar dari pada gaya gravitasi bumi ini lalu kulangkahkan kaki menuju kamar mandi dan tak perlu waktu lama aku sudah siap berangkat.
“Kok cepet banget? kamu ngak mandi ya?”. kata kakaku
“Enak aja..mandi dong ni cium ketek aku wangi kan.”jawabku
“Iih jorok ih. yuk buruan ntar macet lagi”. kata kakaku
Sesampainya disekolah aku langsung disuguhkan dengan pemandangan khas mos yang identik  degan baju olahraga,tas dari karung,topi kerucut,name tag super gede sampai rambut kuncir seperti penyanyi reagge dan yang paling ironis adalah siswa yang disuruh jalan merangkak dari jalanan sampai ke dalam sekolah. Pemandangan ini wajar untuk dilihat, berhubung hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur panjang pasca kenaikan kelas jadi semua siswa wajib hadir disekolah walaupun pelajara belum efektif. Dan alhasil semua siswa senior bertebaran dimana mana termasuk aku. Aku sedang berada dikantin bersama sahabat kecilku yang tak pernah terpisahkan oleh apapun namanya Diandra biasa dipanggil Andra oleh keluarganya dan disekolah dia dipanggil Die, aku sendiri tidak mengerti kenapa bisa seperti itu tapi kalau berdebat sama Die soal namanya bisa panjang deh ceritanya.
“Die…aku kangen tau kamu liburan ngak ngomong ngomong”.
“Ya maaf aku kan lagi konsentrasi sama liburanku hehehe”. jawabnya
“Tapi lain kali kabarin kalau mau liburan aku kan pusing cariin kamu, Oh iya ngomong-ngomong kalau orang liburan biasanya bawa oleh-oleh kan?.” kataku
“Bilang aja mau minta oleh- oleh.”jawab Die sambil menjitak kepalaku
            Beberapa saat Die mengacak acak tasnya hingga semua isi tas berserakan kemana – mana lalu memasang wajah yang sulit bagiku untuk diartikan.
“Ya Tuhan…ketinggalan di kamar Kei..ntar pulang sekolah kamu kerumahku ya”. katanya
“Yaaah iya deh”. jawabku
“Yaudah kamu mau pesan apa aku mau pesan ni laper, kata Die
aku mau es teh sama nasi goreng ya ini uangnya! kembalinya jangan dikorupsi ya”. kataku
“Iye..iye”. jawab Die

Dan disinilah aku duduk sendiri ditengah keramaian kantin. Tak perlu waktu lama Die sudah kembali membawa pesanannya. tiba tiba ada dua makhluk memasuki kantin dan memuju ke meja kami tanpa permisi langsung duduk dan meminum es teh ku , siapa lagi manusia yang paling tidak tau malu di sekolah kami kecuali Maura dan Flo. Mereka dikenal dengan sebutan “Duo Alay” tapi selain karena alay mereka juga dikenal sebagai siswa yang berprestasi di sekolah tidak jarang mereka mewakili sekolah kami untuk mengikuti lomba antar daerah.
“Hai”. Sapa Flo dengan suara cemprengnya
“Die, Kei aku sendirian dirumah, nanti malem nginep dirumahku ya”. kata Maura
“Oke sip siapin jajan yang banyak ya”. kataku dan Die kompak

Die,Flo, dan aku sudah berkumpul di kamar Maura lengkap dengan peralatan tidur, snack, kaset movie dan tak lupa peralatan ibadah. Awalnya terasa seru namun tiba tiba listrik padam seketika terdengar suara orang menangis yang entah dari mana asalnya. Sudah cepat nyalakan lilinnya pinta Flo kepada Maura, kami sudah duduk melingkar menunggu lilin dinyalakan namun sesaat setelah lilin dinyalakan aku merasa ada sesuatu yang janggal.
“Tadi sebelum mati lampu perasaan kita cuma berempat di sini kok sekarang berlima”. Kata Flo
Kuamati wajah teman temanku, Mulai dari Die yang duduk disampingku, Maura, Flo dan yang terakhir, Seorang gadis seumuranku tersenyum datar kearahku sambil memperlihatkan kuku kukunya yang tajam ia mendekat kearahku dengan darah yang  bercucuran dari tubuhnya, wajah berantakan, kaki pincang, dan membawa seikat tali tambang. Seketika tubuhku terasa menegang dan sesak seperti sedang diikat. Aku meringis meminta tolong namun tak ada seorangpun yang mendengar, kucoba menggerakkan tubuhku pun tak bisa, semakin aku coba terasa semakin sesak. Setelah aku tersadar semua orang melihatku dengan wajah yang tidak dapat aku artikan.
“Kamu kenapa tiba tiba pinsan kei ?” Tanya die
Tidak apa apa kok,aku pulang duluan ya, perasaan aku ngak enak”. jawabku
“Kenapa kei? ini kan sudah larut malam”. Kata flo
“Iya, Pulangnya besok pagi aja biar sekalian sama Die dan Flo”. Sambut Maura
Setelah lama berdebat akhirnya Maura, Flo dan Die mengizinkanku pulang. Ditengah perjalanan aku melihat sesosok gadis  yang tadi ada di kamar Maura sedang berdiri di tengah jalan menghalangi laju motorku.
“Hei minggir, jangan diem di tengah jalan nanti kamu tertabrak tau”. Teriakku padanya
Teriakanku tidak didengarkan sedikitpun olehnya ia masih berada ditempatnya. Segera kupacu motorku agar segera sampai dirumah.
Aku berlari kekamarku dan menyalakan semua lampu yang kulihat.
“Kamu kenapa kei? Pulang-pulang jadi aneh kayak gini, kamu kesurupan?”.  Tanya kakakku
“Tidak kak, malam ini aku tidur dikamar kakak ya.”pintaku sambil ketakutan
“Kamu kenapa sih Kei? Tidur di kamarmu sana”. Jawab kakakku
“Kak please…malem ini aja kok. Besok aku certain. Oh iya kak lampu dirumah ini jangan ada yang dimatiin ya. Jawabku
“Janji ya…Janji harus diepati loh. Ya udah cuci kaki dulu sana baru tidur”. Jawab kakakku
“Iya janji”. Jawabku

Aku berangkat sekolah seperti biasanya. Sesampainya disekolah semua terlihat seperti biasa Pak satpam yang mengatur parkir, Pak Karyo yang menyiram tanaman sambil sesekali menyapa setiap orang yang daang, sampai Bu Titi yang sibuk memasak dikantin semuanya berjalan dengan normal. Aku berjalan dengan gontai menuju kelasku. Tepat berada didepan kelas aku tidak melihat siapapun dikelas padahal biasanya Die selalu datang lebih cepat dari siapapun.
“Kok anak- anak belum pada datang sih? Ini sudah pukul tujuh tapi cuma aku yang ada di kelas”. kataku
 Aku memutuskan untuk keluar kelas dan bertanya kepada guru yang sedang melintas.
“Selamat pagi bu. Apa hari ini ada pergantian jadwal kok teman sekelas saya tidak ada yang masuk ke kelas?”. Tanyaku
‘Tidak ada nak, jadwalnya sama seperti biasanya. Kamu kelas berapa?”. Tanyanya
“11 mia 2. Memangnya ada apa ya bu?”. Tanyaku
“Kamu tidak tau kalau semua teman sekelasmu diberi izin tidak hadir di sekolah hari ini”. Tanyanya
“Dalam rangka apa bu?”. Tanyaku penasaran
“Tadi malam 3 teman sekelasmu ditemukan meninggal dengan posisi tergantung di salah satu rumah temanmu jadi seluruh siswa kelas mia 2 boleh menghadiri pemakaman 3 temanmu.” Jelasnya
“Ibu bercanda ya?”. Tanyaku
“Tidak nak, sebebtar lagi ibu akan pergi ngelayat bersama guru guru yang lain”. Jawabnya
Aku berfikir sejenak tidak percaya akan perkataan yang baru saja kudengar. Aku merogoh kantongku kemudian menghubungi Die.
Tuut…tuut…tuut
“Halo Die kamu dimana? kok ngak ke sekolah? Aku sendirian ni di kelas”. Tanyaku
“….” Terdengar isak tangis disebrang sana
“Halo Diee jawab dong kok malah nangis”. pintaku
“Halo..ini ibunya Die. Keira belum tahu?” Kata Ibu Mia
“Oh tante Die nya ada?. Tahu apa ya tan?. Keira ngak  ngerti deh“ jawabku
“Die.. Die…Die sudah meninggal tadi malam Kei. Nanti siang akan segera dimakamkan sekarang jasadnya masih ada di rumah. Jawab Ibu Mia
“Aaah…? Tante  becanda kan?”. Tanyaku
“Tidak keira tante tidak bercanda. Kamu datang kerumah ya. Hiks.. hiks..hiks.. Seminggu yang lalu Die titip sesuatu sama tante dan berpesan untuk memberikannya pada kamu saat Die sudah tidak ada”. jelasnya

Akupun segera menutup telepon dan pulang kerumah lalu mengurung diri dan menangis sekencang kencangnya di kamar. Dari luar kamar aku mendengar kakaku teriak teriak sambil menyebut namaku namun tidak kuhiraukan. Entah dengan kekuatan apa kakakku berhasil mendobrak pintu kamarku kemudian  berteriak kearahku.
“Kamu ini kenapa sih? Kenapa kamu Cuma diem aja sambil nangis dirumah? Kenapa kamu tidak datang kermah Die? Dia pasti nunggu kamu? Kamu bilang kamu sahabatnya tapi apa apa yang udah kamu lakuin untuk dia?. Dia selalu ada buat kamu saat kamu butuh dan saat ini dia butuh kamu untuk terakhir kalinya dan kamu tidak ada. Sahabat macam apa itu? Kakak tau kamu sedih, kakak tau kamu belum bisa menerima kenyataan, tapi apa? Cuma ini yang dapat lakukan? Cepat ganti pakaianmu dan ikut kakak pergi kerumah Die dia akan dimakamkan 2 jam lagi.

Tangisanku semakin menjadi ketika memasuki halaman rumah Die yang sudah dipenuhi dengan keluarga dan teman teman Die. Akupun langsung  menghampiri jasad Die yang sudah terbujur kaku diatas ranjang.
Hiks..hiks..hiks.. “Die kenapa kamu tinggalin aku? Aku butuh kamu Die. Kamu cepet banget perginya. Aku belum siap kayak gini Die..” kataku
Pemakamanpun telah dilangsungkan namun air matakupun semakin deras berjatuhan. Satu persatu tamu meninggalkan makan dan hingga tersisa aku dan ibu Mia disamping makam Die.
Kuperhatikan setiap jengkal makam Die kemudian mendoakannya lalu berkata “Selamat jalan Die aku akan selalu mengingatmu sebagai sahabatku”. Lalu bergegas pergi menyusul kakakku yang sudah lebih dahulu berada diluar area pemakaman. Tiba tiba Ibu Mia memanggilku dan memberikan sebuah kotak berwarna merah muda titipan Die kepadaku.
Sesampainya di rumah aku bergegas menuju kamar ntuk membuka kotak. Kuliha di dalamnya terisi fotoku bersama Die saat masih kecil sampai yang terakhir foto kami seminggu yang lalu serta sepucuk surat dari Die

Kei..
Mungkin saat kamu baca surat ini aku sudah tidak ada lagi didekat kamu. Aku mau minta maaf kalau selama ini aku sering buat kamu kesel, sedih ataupun yang lain. Aku juga minta maaf karena aku tinggalin kamu lebih dahulu . aku juga mau ucapin makasih karena kamu sudah mau jadi sahabat aku dari kita kecil sampai sekarang. Kamu jaga diri baik baik ya Kei.kamu harus janji sama aku ya kalau setelah membaca surat ini kamu tidak bakalan sedih lagi dan akan melanjukan hidup seperti biasa. OK! . Diandra

Air mataku kembali menetes setelah membaca surat Die. Tapi sesuai permintaan Die aku akan melanjutkan hari hariku seperti biasa.
Hari kelulusan pun tiba aku lebih memilih unuk mendatangi makam Die yang sudah jarang kudatangi sejak 2 bulan yang lalu karena sibuk dengan ujian akhir dari pada berpesta bersama teman- teman seangkatanku.
Kuletakan seikat bunga untuk Die lalu membersihkan makam Die dari rumput dan tak lupa menyiramkan air ke batu nisan.
“Hai Die apa kabar? Kamu tau kan ini hari apa?  Ya,ini hari kelulusan kita. Harus nya kamu ada disekolah sama aku  sekarang buat rayain hari ini tapi tuhan berkehendak lain. Oh iya Kamu ingetkan taruhan kita waktu kita baru masuk sekolah? Kalau kita harus masuk Universitas Indonesia sekarang aku sudah menangin taruhan itu aku diterima disana dan besok aku akan berangkat ke sana. Doain aku ya Die supaya cita cita aku bisa tercapai. Semoga kamu bahagia di surga sana Die. Aku pamit ya. Bye..”

Jumat, 28 November 2014

tugas Bahasa Indonesia

ini adalah cerpen karya Media Alvi Nurhuda kelas XI mia 2 SMAN 2 mataram


Tidak Disangka
            Kenalin namaku Keira Asgar kalian bisa memanggilku Kei,Ira atau Keira tapi jangan Asgar karena itu nama keluarga aku kan tidak lucu kalau cewek secantik aku dipanggil Gar nanti diikira agar-agar lagi.
“Kei..Kei bangun kamu ngak sekolah”. kata kakakku sambil menggoncang tubuhku degan garang
“Aaah kak ini masih pagi tau Keira masih ngantuk ni”. jawabku
“Pagi dari hongkong ini pukul tujuh kurang 15 tau. Cepetan mandi sana nanti kakak ikut terlambat lagi gara gara kamu”.
Dengan terpaksa aku bangun dari tempat tidurku yang memiliki gaya gravitasi lebih besar dari pada gaya gravitasi bumi ini lalu kulangkahkan kaki menuju kamar mandi dan tak perlu waktu lama aku sudah siap berangkat.
“Kok cepet banget? kamu ngak mandi ya?”. kata kakaku
“Enak aja..mandi dong ni cium ketek aku wangi kan.”jawabku
“Iih jorok ih. yuk buruan ntar macet lagi”. kata kakaku
Sesampainya disekolah aku langsung disuguhkan dengan pemandangan khas mos yang identik  degan baju olahraga,tas dari karung,topi kerucut,name tag super gede sampai rambut kuncir seperti penyanyi reagge dan yang paling ironis adalah siswa yang disuruh jalan merangkak dari jalanan sampai ke dalam sekolah. Pemandangan ini wajar untuk dilihat, berhubung hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur panjang pasca kenaikan kelas jadi semua siswa wajib hadir disekolah walaupun pelajara belum efektif. Dan alhasil semua siswa senior bertebaran dimana mana termasuk aku. Aku sedang berada dikantin bersama sahabat kecilku yang tak pernah terpisahkan oleh apapun namanya Diandra biasa dipanggil Andra oleh keluarganya dan disekolah dia dipanggil Die, aku sendiri tidak mengerti kenapa bisa seperti itu tapi kalau berdebat sama Die soal namanya bisa panjang deh ceritanya.
“Die…aku kangen tau kamu liburan ngak ngomong ngomong”.
“Ya maaf aku kan lagi konsentrasi sama liburanku hehehe”. jawabnya
“Tapi lain kali kabarin kalau mau liburan aku kan pusing cariin kamu, Oh iya ngomong-ngomong kalau orang liburan biasanya bawa oleh-oleh kan?.” kataku
“Bilang aja mau minta oleh- oleh.”jawab Die sambil menjitak kepalaku
            Beberapa saat Die mengacak acak tasnya hingga semua isi tas berserakan kemana – mana lalu memasang wajah yang sulit bagiku untuk diartikan.
“Ya Tuhan…ketinggalan di kamar Kei..ntar pulang sekolah kamu kerumahku ya”. katanya
“Yaaah iya deh”. jawabku
“Yaudah kamu mau pesan apa aku mau pesan ni laper, kata Die
aku mau es teh sama nasi goreng ya ini uangnya! kembalinya jangan dikorupsi ya”. kataku
“Iye..iye”. jawab Die

Dan disinilah aku duduk sendiri ditengah keramaian kantin. Tak perlu waktu lama Die sudah kembali membawa pesanannya. tiba tiba ada dua makhluk memasuki kantin dan memuju ke meja kami tanpa permisi langsung duduk dan meminum es teh ku , siapa lagi manusia yang paling tidak tau malu di sekolah kami kecuali Maura dan Flo. Mereka dikenal dengan sebutan “Duo Alay” tapi selain karena alay mereka juga dikenal sebagai siswa yang berprestasi di sekolah tidak jarang mereka mewakili sekolah kami untuk mengikuti lomba antar daerah.
“Hai”. Sapa Flo dengan suara cemprengnya
“Die, Kei aku sendirian dirumah, nanti malem nginep dirumahku ya”. kata Maura
“Oke sip siapin jajan yang banyak ya”. kataku dan Die kompak

Die,Flo, dan aku sudah berkumpul di kamar Maura lengkap dengan peralatan tidur, snack, kaset movie dan tak lupa peralatan ibadah. Awalnya terasa seru namun tiba tiba listrik padam seketika terdengar suara orang menangis yang entah dari mana asalnya. Sudah cepat nyalakan lilinnya pinta Flo kepada Maura, kami sudah duduk melingkar menunggu lilin dinyalakan namun sesaat setelah lilin dinyalakan aku merasa ada sesuatu yang janggal.
“Tadi sebelum mati lampu perasaan kita cuma berempat di sini kok sekarang berlima”. Kata Flo
Kuamati wajah teman temanku, Mulai dari Die yang duduk disampingku, Maura, Flo dan yang terakhir, Seorang gadis seumuranku tersenyum datar kearahku sambil memperlihatkan kuku kukunya yang tajam ia mendekat kearahku dengan darah yang  bercucuran dari tubuhnya, wajah berantakan, kaki pincang, dan membawa seikat tali tambang. Seketika tubuhku terasa menegang dan sesak seperti sedang diikat. Aku meringis meminta tolong namun tak ada seorangpun yang mendengar, kucoba menggerakkan tubuhku pun tak bisa, semakin aku coba terasa semakin sesak. Setelah aku tersadar semua orang melihatku dengan wajah yang tidak dapat aku artikan.
“Kamu kenapa tiba tiba pinsan kei ?” Tanya die
Tidak apa apa kok,aku pulang duluan ya, perasaan aku ngak enak”. jawabku
“Kenapa kei? ini kan sudah larut malam”. Kata flo
“Iya, Pulangnya besok pagi aja biar sekalian sama Die dan Flo”. Sambut Maura
Setelah lama berdebat akhirnya Maura, Flo dan Die mengizinkanku pulang. Ditengah perjalanan aku melihat sesosok gadis  yang tadi ada di kamar Maura sedang berdiri di tengah jalan menghalangi laju motorku.
“Hei minggir, jangan diem di tengah jalan nanti kamu tertabrak tau”. Teriakku padanya
Teriakanku tidak didengarkan sedikitpun olehnya ia masih berada ditempatnya. Segera kupacu motorku agar segera sampai dirumah.
Aku berlari kekamarku dan menyalakan semua lampu yang kulihat.
“Kamu kenapa kei? Pulang-pulang jadi aneh kayak gini, kamu kesurupan?”.  Tanya kakakku
“Tidak kak, malam ini aku tidur dikamar kakak ya.”pintaku sambil ketakutan
“Kamu kenapa sih Kei? Tidur di kamarmu sana”. Jawab kakakku
“Kak please…malem ini aja kok. Besok aku certain. Oh iya kak lampu dirumah ini jangan ada yang dimatiin ya. Jawabku
“Janji ya…Janji harus diepati loh. Ya udah cuci kaki dulu sana baru tidur”. Jawab kakakku
“Iya janji”. Jawabku

Aku berangkat sekolah seperti biasanya. Sesampainya disekolah semua terlihat seperti biasa Pak satpam yang mengatur parkir, Pak Karyo yang menyiram tanaman sambil sesekali menyapa setiap orang yang daang, sampai Bu Titi yang sibuk memasak dikantin semuanya berjalan dengan normal. Aku berjalan dengan gontai menuju kelasku. Tepat berada didepan kelas aku tidak melihat siapapun dikelas padahal biasanya Die selalu datang lebih cepat dari siapapun.
“Kok anak- anak belum pada datang sih? Ini sudah pukul tujuh tapi cuma aku yang ada di kelas”. kataku
 Aku memutuskan untuk keluar kelas dan bertanya kepada guru yang sedang melintas.
“Selamat pagi bu. Apa hari ini ada pergantian jadwal kok teman sekelas saya tidak ada yang masuk ke kelas?”. Tanyaku
‘Tidak ada nak, jadwalnya sama seperti biasanya. Kamu kelas berapa?”. Tanyanya
“11 mia 2. Memangnya ada apa ya bu?”. Tanyaku
“Kamu tidak tau kalau semua teman sekelasmu diberi izin tidak hadir di sekolah hari ini”. Tanyanya
“Dalam rangka apa bu?”. Tanyaku penasaran
“Tadi malam 3 teman sekelasmu ditemukan meninggal dengan posisi tergantung di salah satu rumah temanmu jadi seluruh siswa kelas mia 2 boleh menghadiri pemakaman 3 temanmu.” Jelasnya
“Ibu bercanda ya?”. Tanyaku
“Tidak nak, sebebtar lagi ibu akan pergi ngelayat bersama guru guru yang lain”. Jawabnya
Aku berfikir sejenak tidak percaya akan perkataan yang baru saja kudengar. Aku merogoh kantongku kemudian menghubungi Die.
Tuut…tuut…tuut
“Halo Die kamu dimana? kok ngak ke sekolah? Aku sendirian ni di kelas”. Tanyaku
“….” Terdengar isak tangis disebrang sana
“Halo Diee jawab dong kok malah nangis”. pintaku
“Halo..ini ibunya Die. Keira belum tahu?” Kata Ibu Mia
“Oh tante Die nya ada?. Tahu apa ya tan?. Keira ngak  ngerti deh“ jawabku
“Die.. Die…Die sudah meninggal tadi malam Kei. Nanti siang akan segera dimakamkan sekarang jasadnya masih ada di rumah. Jawab Ibu Mia
“Aaah…? Tante  becanda kan?”. Tanyaku
“Tidak keira tante tidak bercanda. Kamu datang kerumah ya. Hiks.. hiks..hiks.. Seminggu yang lalu Die titip sesuatu sama tante dan berpesan untuk memberikannya pada kamu saat Die sudah tidak ada”. jelasnya

Akupun segera menutup telepon dan pulang kerumah lalu mengurung diri dan menangis sekencang kencangnya di kamar. Dari luar kamar aku mendengar kakaku teriak teriak sambil menyebut namaku namun tidak kuhiraukan. Entah dengan kekuatan apa kakakku berhasil mendobrak pintu kamarku kemudian  berteriak kearahku.
“Kamu ini kenapa sih? Kenapa kamu Cuma diem aja sambil nangis dirumah? Kenapa kamu tidak datang kermah Die? Dia pasti nunggu kamu? Kamu bilang kamu sahabatnya tapi apa apa yang udah kamu lakuin untuk dia?. Dia selalu ada buat kamu saat kamu butuh dan saat ini dia butuh kamu untuk terakhir kalinya dan kamu tidak ada. Sahabat macam apa itu? Kakak tau kamu sedih, kakak tau kamu belum bisa menerima kenyataan, tapi apa? Cuma ini yang dapat lakukan? Cepat ganti pakaianmu dan ikut kakak pergi kerumah Die dia akan dimakamkan 2 jam lagi.

Tangisanku semakin menjadi ketika memasuki halaman rumah Die yang sudah dipenuhi dengan keluarga dan teman teman Die. Akupun langsung  menghampiri jasad Die yang sudah terbujur kaku diatas ranjang.
Hiks..hiks..hiks.. “Die kenapa kamu tinggalin aku? Aku butuh kamu Die. Kamu cepet banget perginya. Aku belum siap kayak gini Die..” kataku
Pemakamanpun telah dilangsungkan namun air matakupun semakin deras berjatuhan. Satu persatu tamu meninggalkan makan dan hingga tersisa aku dan ibu Mia disamping makam Die.
Kuperhatikan setiap jengkal makam Die kemudian mendoakannya lalu berkata “Selamat jalan Die aku akan selalu mengingatmu sebagai sahabatku”. Lalu bergegas pergi menyusul kakakku yang sudah lebih dahulu berada diluar area pemakaman. Tiba tiba Ibu Mia memanggilku dan memberikan sebuah kotak berwarna merah muda titipan Die kepadaku.
Sesampainya di rumah aku bergegas menuju kamar ntuk membuka kotak. Kuliha di dalamnya terisi fotoku bersama Die saat masih kecil sampai yang terakhir foto kami seminggu yang lalu serta sepucuk surat dari Die

Kei..
Mungkin saat kamu baca surat ini aku sudah tidak ada lagi didekat kamu. Aku mau minta maaf kalau selama ini aku sering buat kamu kesel, sedih ataupun yang lain. Aku juga minta maaf karena aku tinggalin kamu lebih dahulu . aku juga mau ucapin makasih karena kamu sudah mau jadi sahabat aku dari kita kecil sampai sekarang. Kamu jaga diri baik baik ya Kei.kamu harus janji sama aku ya kalau setelah membaca surat ini kamu tidak bakalan sedih lagi dan akan melanjukan hidup seperti biasa. OK! . Diandra

Air mataku kembali menetes setelah membaca surat Die. Tapi sesuai permintaan Die aku akan melanjutkan hari hariku seperti biasa.
Hari kelulusan pun tiba aku lebih memilih unuk mendatangi makam Die yang sudah jarang kudatangi sejak 2 bulan yang lalu karena sibuk dengan ujian akhir dari pada berpesta bersama teman- teman seangkatanku.
Kuletakan seikat bunga untuk Die lalu membersihkan makam Die dari rumput dan tak lupa menyiramkan air ke batu nisan.
“Hai Die apa kabar? Kamu tau kan ini hari apa?  Ya,ini hari kelulusan kita. Harus nya kamu ada disekolah sama aku  sekarang buat rayain hari ini tapi tuhan berkehendak lain. Oh iya Kamu ingetkan taruhan kita waktu kita baru masuk sekolah? Kalau kita harus masuk Universitas Indonesia sekarang aku sudah menangin taruhan itu aku diterima disana dan besok aku akan berangkat ke sana. Doain aku ya Die supaya cita cita aku bisa tercapai. Semoga kamu bahagia di surga sana Die. Aku pamit ya. Bye..”