ini adalah cerpen karya Media Alvi Nurhuda kelas XI mia 2 SMAN 2 mataram
Tidak Disangka
Kenalin
namaku Keira Asgar kalian bisa memanggilku Kei,Ira atau Keira tapi jangan Asgar
karena itu nama keluarga aku kan tidak lucu kalau cewek secantik aku dipanggil
Gar nanti diikira agar-agar lagi.
“Kei..Kei
bangun kamu ngak sekolah”. kata kakakku sambil menggoncang tubuhku degan garang
“Aaah
kak ini masih pagi tau Keira masih ngantuk ni”. jawabku
“Pagi
dari hongkong ini pukul tujuh kurang 15 tau. Cepetan mandi sana nanti kakak
ikut terlambat lagi gara gara kamu”.
Dengan terpaksa aku bangun dari tempat tidurku yang memiliki gaya
gravitasi lebih besar dari pada gaya gravitasi bumi ini lalu kulangkahkan kaki
menuju kamar mandi dan tak perlu waktu lama aku sudah siap berangkat.
“Kok
cepet banget? kamu ngak mandi ya?”. kata kakaku
“Enak
aja..mandi dong ni cium ketek aku wangi kan.”jawabku
“Iih
jorok ih. yuk buruan ntar macet lagi”. kata kakaku
Sesampainya disekolah aku langsung disuguhkan dengan pemandangan khas
mos yang identik degan baju olahraga,tas
dari karung,topi kerucut,name tag super gede sampai rambut kuncir seperti
penyanyi reagge dan yang paling ironis adalah siswa yang disuruh jalan
merangkak dari jalanan sampai ke dalam sekolah. Pemandangan ini wajar untuk
dilihat, berhubung hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur panjang
pasca kenaikan kelas jadi semua siswa wajib hadir disekolah walaupun pelajara
belum efektif. Dan alhasil semua siswa senior bertebaran dimana mana termasuk
aku. Aku sedang berada dikantin bersama sahabat kecilku yang tak pernah
terpisahkan oleh apapun namanya Diandra biasa dipanggil Andra oleh keluarganya
dan disekolah dia dipanggil Die, aku sendiri tidak mengerti kenapa bisa seperti
itu tapi kalau berdebat sama Die soal namanya bisa panjang deh ceritanya.
“Die…aku
kangen tau kamu liburan ngak ngomong ngomong”.
“Ya
maaf aku kan lagi konsentrasi sama liburanku hehehe”. jawabnya
“Tapi
lain kali kabarin kalau mau liburan aku kan pusing cariin kamu, Oh iya
ngomong-ngomong kalau orang liburan biasanya bawa oleh-oleh kan?.” kataku
“Bilang
aja mau minta oleh- oleh.”jawab Die sambil menjitak kepalaku
Beberapa saat Die mengacak acak
tasnya hingga semua isi tas berserakan kemana – mana lalu memasang wajah yang
sulit bagiku untuk diartikan.
“Ya
Tuhan…ketinggalan di kamar Kei..ntar pulang sekolah kamu kerumahku ya”. katanya
“Yaaah
iya deh”. jawabku
“Yaudah
kamu mau pesan apa aku mau pesan ni laper, kata Die
aku
mau es teh sama nasi goreng ya ini uangnya! kembalinya jangan dikorupsi ya”.
kataku
“Iye..iye”.
jawab Die
Dan disinilah aku duduk sendiri ditengah keramaian kantin. Tak perlu
waktu lama Die sudah kembali membawa pesanannya. tiba tiba ada dua makhluk memasuki
kantin dan memuju ke meja kami tanpa permisi langsung duduk dan meminum es teh
ku , siapa lagi manusia yang paling tidak tau malu di sekolah kami kecuali
Maura dan Flo. Mereka dikenal dengan sebutan “Duo Alay” tapi selain karena alay
mereka juga dikenal sebagai siswa yang berprestasi di sekolah tidak jarang
mereka mewakili sekolah kami untuk mengikuti lomba antar daerah.
“Hai”.
Sapa Flo dengan suara cemprengnya
“Die,
Kei aku sendirian dirumah, nanti malem nginep dirumahku ya”. kata Maura
“Oke sip
siapin jajan yang banyak ya”. kataku dan Die kompak
Die,Flo, dan aku sudah berkumpul di kamar Maura lengkap dengan
peralatan tidur, snack, kaset movie dan tak lupa peralatan ibadah. Awalnya terasa seru namun tiba tiba listrik
padam seketika terdengar suara orang menangis yang entah dari mana asalnya.
Sudah cepat nyalakan lilinnya pinta Flo kepada Maura, kami sudah duduk
melingkar menunggu lilin dinyalakan namun sesaat setelah lilin dinyalakan aku merasa
ada sesuatu yang janggal.
“Tadi sebelum mati lampu perasaan kita cuma berempat di sini
kok sekarang berlima”. Kata Flo
Kuamati wajah teman temanku, Mulai dari Die yang duduk disampingku,
Maura, Flo dan yang terakhir, Seorang gadis seumuranku tersenyum datar kearahku
sambil memperlihatkan kuku kukunya yang tajam ia mendekat kearahku dengan darah
yang bercucuran dari tubuhnya, wajah
berantakan, kaki pincang, dan membawa seikat tali tambang. Seketika tubuhku
terasa menegang dan sesak seperti sedang diikat. Aku meringis meminta tolong
namun tak ada seorangpun yang mendengar, kucoba menggerakkan tubuhku pun tak
bisa, semakin aku coba terasa semakin sesak. Setelah aku tersadar semua orang
melihatku dengan wajah yang tidak dapat aku artikan.
“Kamu kenapa tiba tiba pinsan kei ?” Tanya die
Tidak apa apa kok,aku pulang duluan ya, perasaan aku ngak
enak”. jawabku
“Kenapa kei? ini kan sudah larut malam”. Kata flo
“Iya, Pulangnya besok pagi aja biar sekalian sama Die dan
Flo”. Sambut Maura
Setelah lama berdebat akhirnya Maura,
Flo dan Die mengizinkanku pulang. Ditengah perjalanan aku melihat sesosok
gadis yang tadi ada di kamar Maura sedang
berdiri di tengah jalan menghalangi laju motorku.
“Hei minggir, jangan diem di tengah jalan nanti kamu
tertabrak tau”. Teriakku padanya
Teriakanku tidak didengarkan sedikitpun olehnya ia masih
berada ditempatnya. Segera kupacu motorku agar segera sampai dirumah.
Aku berlari kekamarku dan menyalakan
semua lampu yang kulihat.
“Kamu kenapa kei? Pulang-pulang jadi aneh kayak gini, kamu
kesurupan?”. Tanya kakakku
“Tidak kak, malam ini aku tidur dikamar kakak ya.”pintaku
sambil ketakutan
“Kamu kenapa sih Kei? Tidur di kamarmu sana”. Jawab kakakku
“Kak please…malem ini aja kok. Besok aku certain. Oh iya kak lampu
dirumah ini jangan ada yang dimatiin ya. Jawabku
“Janji ya…Janji harus diepati loh. Ya udah cuci kaki dulu
sana baru tidur”. Jawab kakakku
“Iya janji”. Jawabku
Aku berangkat sekolah seperti
biasanya. Sesampainya disekolah semua terlihat seperti biasa Pak satpam yang
mengatur parkir, Pak Karyo yang menyiram tanaman sambil sesekali menyapa setiap
orang yang daang, sampai Bu Titi yang sibuk memasak dikantin semuanya berjalan
dengan normal. Aku berjalan dengan gontai menuju kelasku. Tepat berada didepan
kelas aku tidak melihat siapapun dikelas padahal biasanya Die selalu datang
lebih cepat dari siapapun.
“Kok anak- anak belum pada datang sih? Ini sudah pukul tujuh
tapi cuma aku yang ada di kelas”. kataku
Aku memutuskan untuk
keluar kelas dan bertanya kepada guru yang sedang melintas.
“Selamat pagi bu. Apa hari ini ada pergantian jadwal kok
teman sekelas saya tidak ada yang masuk ke kelas?”. Tanyaku
‘Tidak ada nak, jadwalnya sama seperti biasanya. Kamu kelas
berapa?”. Tanyanya
“11 mia 2. Memangnya ada apa ya bu?”. Tanyaku
“Kamu tidak tau kalau semua teman sekelasmu diberi izin tidak
hadir di sekolah hari ini”. Tanyanya
“Dalam rangka apa bu?”. Tanyaku penasaran
“Tadi malam 3 teman sekelasmu ditemukan meninggal dengan
posisi tergantung di salah satu rumah temanmu jadi seluruh siswa kelas mia 2
boleh menghadiri pemakaman 3 temanmu.” Jelasnya
“Ibu bercanda ya?”. Tanyaku
“Tidak nak, sebebtar lagi ibu akan pergi ngelayat bersama
guru guru yang lain”. Jawabnya
Aku berfikir sejenak tidak percaya
akan perkataan yang baru saja kudengar. Aku merogoh kantongku kemudian
menghubungi Die.
Tuut…tuut…tuut
“Halo Die kamu dimana? kok ngak ke sekolah? Aku sendirian ni
di kelas”. Tanyaku
“….” Terdengar isak tangis disebrang sana
“Halo Diee jawab dong kok malah nangis”. pintaku
“Halo..ini ibunya Die. Keira belum tahu?” Kata Ibu Mia
“Oh tante Die nya ada?. Tahu apa ya tan?. Keira ngak ngerti deh“ jawabku
“Die.. Die…Die sudah meninggal tadi malam Kei. Nanti siang
akan segera dimakamkan sekarang jasadnya masih ada di rumah. Jawab Ibu Mia
“Aaah…? Tante becanda
kan?”. Tanyaku
“Tidak keira tante tidak bercanda. Kamu datang kerumah ya.
Hiks.. hiks..hiks.. Seminggu yang lalu Die titip sesuatu sama tante dan berpesan
untuk memberikannya pada kamu saat Die sudah tidak ada”. jelasnya
Akupun segera menutup telepon dan
pulang kerumah lalu mengurung diri dan menangis sekencang kencangnya di kamar.
Dari luar kamar aku mendengar kakaku teriak teriak sambil menyebut namaku namun
tidak kuhiraukan. Entah dengan kekuatan apa kakakku berhasil mendobrak pintu
kamarku kemudian berteriak kearahku.
“Kamu ini kenapa sih? Kenapa kamu Cuma diem aja sambil nangis
dirumah? Kenapa kamu tidak datang kermah Die? Dia pasti nunggu kamu? Kamu
bilang kamu sahabatnya tapi apa apa yang udah kamu lakuin untuk dia?. Dia
selalu ada buat kamu saat kamu butuh dan saat ini dia butuh kamu untuk terakhir
kalinya dan kamu tidak ada. Sahabat macam apa itu? Kakak tau kamu sedih, kakak
tau kamu belum bisa menerima kenyataan, tapi apa? Cuma ini yang dapat lakukan?
Cepat ganti pakaianmu dan ikut kakak pergi kerumah Die dia akan dimakamkan 2
jam lagi.
Tangisanku semakin menjadi ketika
memasuki halaman rumah Die yang sudah dipenuhi dengan keluarga dan teman teman
Die. Akupun langsung menghampiri jasad Die
yang sudah terbujur kaku diatas ranjang.
Hiks..hiks..hiks.. “Die kenapa kamu tinggalin aku? Aku butuh
kamu Die. Kamu cepet banget perginya. Aku belum siap kayak gini Die..” kataku
Pemakamanpun telah dilangsungkan
namun air matakupun semakin deras berjatuhan. Satu persatu tamu meninggalkan
makan dan hingga tersisa aku dan ibu Mia disamping makam Die.
Kuperhatikan setiap jengkal makam Die
kemudian mendoakannya lalu berkata “Selamat jalan Die aku akan selalu
mengingatmu sebagai sahabatku”. Lalu bergegas pergi menyusul kakakku yang sudah
lebih dahulu berada diluar area pemakaman. Tiba tiba Ibu Mia memanggilku dan
memberikan sebuah kotak berwarna merah muda titipan Die kepadaku.
Sesampainya di rumah aku bergegas
menuju kamar ntuk membuka kotak. Kuliha di dalamnya terisi fotoku bersama Die
saat masih kecil sampai yang terakhir foto kami seminggu yang lalu serta
sepucuk surat dari Die
Kei..
Mungkin saat kamu baca surat ini aku sudah tidak ada lagi
didekat kamu. Aku mau minta maaf kalau selama ini aku sering buat kamu kesel,
sedih ataupun yang lain. Aku juga minta maaf karena aku tinggalin kamu lebih
dahulu . aku juga mau ucapin makasih karena kamu sudah mau jadi sahabat aku
dari kita kecil sampai sekarang. Kamu jaga diri baik baik ya Kei.kamu harus
janji sama aku ya kalau setelah membaca surat ini kamu tidak bakalan sedih lagi
dan akan melanjukan hidup seperti biasa. OK! . Diandra
Air mataku kembali menetes setelah
membaca surat Die. Tapi sesuai permintaan Die aku akan melanjutkan hari hariku
seperti biasa.
Hari kelulusan pun tiba aku lebih
memilih unuk mendatangi makam Die yang sudah jarang kudatangi sejak 2 bulan
yang lalu karena sibuk dengan ujian akhir dari pada berpesta bersama teman-
teman seangkatanku.
Kuletakan seikat bunga untuk Die lalu
membersihkan makam Die dari rumput dan tak lupa menyiramkan air ke batu nisan.
“Hai Die apa kabar? Kamu tau kan ini hari apa? Ya,ini hari kelulusan kita. Harus nya kamu
ada disekolah sama aku sekarang buat
rayain hari ini tapi tuhan berkehendak lain. Oh iya Kamu ingetkan taruhan kita
waktu kita baru masuk sekolah? Kalau kita harus masuk Universitas Indonesia
sekarang aku sudah menangin taruhan itu aku diterima disana dan besok aku akan
berangkat ke sana. Doain aku ya Die supaya cita cita aku bisa tercapai. Semoga
kamu bahagia di surga sana Die. Aku pamit ya. Bye..”